Pentingnya Sex Edukasi Cegah Remaja dari PMS
Periksadokter - Semakin banyak beredar video porno
dimasyarakat yang melibatkan remaja sebagai pelakunya telah membuktikan bahwa
pergaulan bebas remaja di Indonesia mulai semakin mengkhawatirkan karena telah
mencapai pada tahap sex bebas.
Padahal sex bebas sangat beresiko bagi kesehatan dan dapat
menyebabkan beberapa penyakit kelamin, seperti misalnya penyakit Herpes Genital
yang dapat menyebabkan infeksi dan lecet-lecet seumur hidup pada alat kelamin
dan Gonore yang akan membuat alat kelamin terasa perih saat buang air kecil
kemudian mengeluarkan nanah setalah 2 sampai 10 hari. Serta penyakit kelamin
lainnya seperti kanker prostat, kanker serviks dan HIV/AIDS yang tidak kalah
berbahaya nya.
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa atau yang biasa disebut sebagai masa pubertas. Pada masa ini terjadi
perubahan hormon yang diikuti dengan perubahan ciri seks sekunder yang berbeda
antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki perubahan ditunjukan dengan
munculnya kumis, tumbuh jerawat (begitu juga pada perempuan), suara berubah
karena tumbuh jakun, berkembangnya penis dan lain-lain. Sedangkan pada
perempuan ditunjukan dengan tumbuhnya payudara, tubuh mulai membentuk,
mengalami menstruasi dan lain-lain. Perubahan-perubahan tersebut merupakan hal
yang alamiah, begitu juga naluri seksual yang mulai muncul karena manusia
adalah makhluk yang berkembang biak secara seksual.
Menurut hasil penelitian bagian reproduksi FK Unair bersama
dengan UNICEF menyatakan bahwa pada kelompok usia 18 - 21 tahun di Surabaya,
sebanyak 16% remaja laki-laki dan 9% perempuan telah melakukan hubungan
seksual. Menurut penuturan Dr. Dyan Pramesti dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya,
remaja tertarik untuk mencontoh perilaku yang menurut mereka fun, tapi mereka tidak tahu resikonya.
Pergeseran usia ini dipengaruhi oleh pergeseran nilai sosial, moral, dan
perkembangan pergaulan. Disinilah pentingnya seks edukasi/pendidikan seks yang
benar agar remaja dapat memahami kegiatan seks dengan bijaksana dan terhindar
dari sex bebas.
Pendidikan seks yang benar adalah pendidikan seks dengan
menjelaskan fungsi organ reproduksi dan waktu yang tepat untuk melakukannya
serta resiko-resiko penyalahgunaannya sesuai fakta-fakta ilmiah yang ada.
Bahkan menurut Dr. Dyan Pramesti pendidikan mengenai kehamilan dan aborsi juga
perlu dilakukan sebagai langkah solutif jika sudah melakukan hubungan seksual
karena umunya remaja mencari solusi
dengan cara mereka sendiri bukannya pergi kedokter untuk mengatasi hal
tersebut. perilaku mencari alternative pengobatan yang buruk atau dikenal
dengan sebutan treatment seeking behavior ini merupakan salah satu penyebab
angka kejadian penyakit menular seksual (PMS) pada usia remaja meningkat.
Orangtua berperan penting dalam upaya pendidikan seksual
terhadap anak. Pendidikan seksual bisa melalui diberikan melalui wawasan dan
informasi secara itensif dan terkonsep sehingga anak akan benar-benar
memahaminya. Bahkan menurut Dr. Dyan sudah waktunya pendidikan seks masuk dalam
kurikulum pendidikan sekolah.